Menilik Implementasi LTE di Indonesia (bagian 1)
Tahun 2014 saya beruntung mendapat kesempatan menguji kecepatan LTE di salah satu operator di Jepang. Saat itu saya terkagum-kagum dengan kecepatan transfer data dari hasil test. Secara teoritis kecepatan transfer data LTE bisa melebihi 100 Mbps DL – tapi saat melihat masil pengukuran yang sesungguhnya – bener-bener kagum dengan kecepatan transfer data yang diperlihatkan LTE.
Saat itu bagi saya kecepatan download yang paling top hanya ditemukan di rumah saya – bukan hanya cepat, tapi stabil di 12 Mbps unduh. Saat mendapati bandwidth 80 Mpbs di Tokyo, benar-benar kagum. Membayangkan informasi mengalir begitu cepat ke perangkat di tangan kita, merupakan sesuatu yang fenomenal – paling tidak untuk saat itu. Sejak saat itu saya bertanya-tanya, kapan LTE masuk Indonesia?
Beruntung tak lama berselang LTE pun berhasil digelar di Indonesia – setelah soal alokasi frekuensi antar operator mulai diberesin oleh pemerintah. Smartfren menjadi pionir sebagai yang pertama menggelar layanan LTE komersial di negeri ini. Geleran LTE dari Smartfren diikuti oleh operator-operator lain – sehingga menempatkan Indonesia sejajar dengan negara-negara lain yang sudah menggelar LTE.
Sejarah Singkat LTE
Usia teknologi telepon seluler sudah lebih dari 30 tahun. Kehadirannya ditandai oleh lahirnya sistem analog di awal tahun 1980, dikuti oleh Global System for Mobile Communication (GSM) yang berbasis digital di awal tahun 1990. GSM terus berkembang dan dilengkapi dukungan General Packet Radio Service (GPRS) untuk layanan paket data.
Berselang 10 tahun setelah kehadiran GPRS kita menyaksikan kedatangan UMTS dari domain 3G – yang menawarkan kemampuan layanan paket data yang lebih baik dengan kapasitas bandwidth yang lebih besar. Jaringan packet core dari GSM/GPRS dan WCDMA/HSPA adalah basis evolusi Evolved Packet Core (EPC) untuk LTE.
LTE hadir sebagai evolusi dari jaringan 3G yang mengikuti standard 3GPP. Target utama evolusi teknologi 3G adalah dukungan terhadap kecepatan transfer data yang lebih tinggi dibandingkan teknologi pendahulu. Evolusi bettujuan untuk meningkatkan kapabilitas jaringan dan tetap mempertahankan dukungan terhadap perangkat terminal (UE) yang sudah ada.
Lonjakan Drastis Mobile Traffic Data
Menurut Cisco VNI Global Mobile Data Traffic Forecast Update, 2015–2020 – global traffic data mobile tumbuh 74% di tahun 2015 dan mencapai 3,7 exabyte per bulan di akhir tahun 2015, meningkat dari angka 2.1 exabyte per bulan di tahun 2014.
Traffic data mobile tumbuh 4000 kali lipat dalam 10 tahun terakhir dan hampir 400 juta kali lipat dalam 15 tahun terakhir. Di tahun 2000 jaringan mobile mengangkut kurang dari 10 Gigabyte data per bulan, dan kurang dari 1 Petabyte per bulan di tahun 2005.
Traffic 4G melampaui traffic 3G untuk pertama kali di tahun 2015. Sekalipun jaringan 4G hanya mewakili 14% dari koneksi jaringan mobile di tahun 2015, angka ini setara dengan 47% dari trafik data mobile, sementara 3G mewakili 34% koneksi jaringan mobile yang setara dengan 43% trafik data. Di tahun 2015, jaringan 4G menghasilkan trafik enam kali lebih besar dibandingkan non-4G.
Di tahun 2015 jumlah perangkat mobile bertambah sebanyak 563 juta yang didominasi oleh smartphone. Secara global jumlah perangkat mobile tumbuh menjadi 7,9 miliar di tahun 2015, naik dari 7,3 miliar di tahun 2014.
Secara global perangkat pintar mewakili 36 persen dari total jumlah perangkat mobile di tahun 2015; setara dengan 89 persen dari total trafik data mobile. Di tahun 2015, perangkat pintar menghasilkan trafik 14 kali lebih dibandingkan perangkat biasa (non-smart device).
Jaringan seluler bertumbuh 20% di tahun 2015. Secara global, rata-rata kecepatan unduh jaringan mobile di tahun 2015 adalah 2206 kbps, naik dari 1683 kbps di tahun 2014.
Trafik video dari jaringan mobile terhitung sekitar 55% dari total trafik data jaringan mobile di tahun 2015. Sekarang trafik data mobile terhitung lebih dari separuh dari jumlah total mobile trafik data.
Satu persen dari top pelanggan mobile data menghasilkan 7% trafik data, turun dari 18% dibandingkan bulan Juni 2014. Menurut studi yang dilakukan Cisco, 20% dari top pelanggan mobile menghasilkan 59% trafik data mobile dan 1% menghasilkan 7% trafik data.
Pemakaian smartphone tumbuh rata-rata 43% di tahun 2015. Rata-rata trafik per smartphone di tahun 2015 adalah 929 MB per bulan, naik dari 648 MB per bulan di tahun 2014.
Smartphone (termasuk phablet) mewakili hanya 43% dari total handset yang beredar di tahun 2015, tapi menghasilkan 90% dari total hanset trafik global. Di tahun 2015 perangkat smartphone menghasilkan trafik data mobile 41 kali lebih (929 MB per bulan) dibanding non-smartphone (hanya 23 MB per bulan).
Fenomena lonjakan drastis trafic data mobile broadband – seperti dipaparkan di atas – menjadi tantangan strategis – sekaligus peluang bisnis bagi operator. Seiring pertumbuhan trafik data tuntutan pelanggan pun semakin tinggi: network coverage yang luas, bandwidth besar dan kualitas layanan yang stabil dengan harga yang murah. Di sisi lain operator harus berjuang untuk meningkatkan efisiensi, menekan biaya operasional dan tentu saja mendapatkan profit yang lebih baik.
Jika hanya mengandalkan legacy network berbasis GPRS/EDGE, UMTS/HSPA atau CDMA/EV-DO untuk melayani pertumbuhan trafic data, hampir tidak mungkin implementasi jaringan pita lebar (broadband network) di Indonesia dapat melayani secara efisien lonjakan drastis trafik data. (bersambung)